KEPRI- Sebagian besar orang mungkin masing asing dengan sayuran yang bernama “Okra atau Bendi”. Padahal sayuran ini memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan selain dapat dikonsumsi sehari hari untuk menemani nasi dalam sebuah santapan siang atau malam. Okra yang memiliki nama latin _Abelmoschus esculentus moench_ merupakan tanaman berbunga yang masuk kedalam suku Malvaceae. Okra, buahnya berbentuk unik, memanjang dan runcing dibagian ujungnya serta berbulu disepanjang kulitnya. Namun jika dibelah, Okra berlendir dan sebagian orang jijik sehingga kurang dimanfaatkan.
LIDIKNEWS.CO.ID- Okra adalah tanaman yang cocok untuk daerah dengan cuaca tropis di Kepulauan Riau, dan umumnya di Indonesia. Okra bisa ditanam di daerah dataran rendah, dataran sedang, ataupun dataran tinggi dengan curah hujan sedang. Okra memiliki kandungan serat, vitamin dan mineral bermanfaat untuk kesehatan. Salah satu manfaat Okra yang populer yaitu mampu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes serta dapat diolah sebagai sayuran ataupun dibuat infuswate.
Manfaat Okra lainnya adalah 1) untuk melancarkan sistem pencernaan dan menyembuhkan sembelit; 2) mengurangi rasa lesu, tidak nyaman, dan letih; 3) mengatasi ambeien atau wasir; 4) meringankan sakit kerongkongan atau tenggorokan; 5) meningkatkan daya ingat dan daya pikir otak; 6) menjaga kesehatan otot dan sistem syaraf; 7) menetralkan asam lambung; 8) mampu memulihkan stamina dan tenaga. Dalam sumber lainnya, Okra mengandung serat yang baik sehingga mampu menstabilkan gula darah, mengikat kolesterol dan racun dalam asam empedu. Manfaat tersebut yang menjadikan Okra kini mulai dicari dan banyak dibudidayakan di Indonesia.
Sejauh ini, Okra di Malaysia dan Singapura bukan lagi menjadi bahan makanan yang asing. Okra di negara-negara tersebut sudah menjadi kebutuhan sayuran harian seperti halnya mentimun, wortel, kacang panjang dan sayuran familiar lainnya di Indonesia. Budidaya Okra masih banyak dijumpai di Malaysia, namun konsumen besar justru adalah Singapura, tentunya juga di Batam dimana konsumsi Okra cukup tinggi didukung dengan populasi penduduk 63,42 % dari total penduduk di Kepri, atau sekitar 1.421.961 jiwa. Singapura merupakan salah satu negara maju yang tidak begitu memiliki lahan terbuka, terlebih lagi untuk pertanian. Oleh karena itu banyak sekali mengimpor sayuran dan buah-buahan dari negara tetangganya, peluang inilah perlu kita ambil sebagai pamasukan devisa Indonesia. Hal inilah yang bisa menjadikan peluang bagi Indonesia untuk memasok sayuran kesana dengan meminimalisir biaya transportasi karena secara geografis Kota Batam merupakan wilayah Indonesia yang paling dekat dengan Singapura.
Melihat banyaknya manfaat dan tingginya konsumsi masyarakat melayu akan Okra, Dr. Ir. Sugeng Widodo, M.P., Kepala BPTP Kepri bersama beberapa orang stafnya mengunjungi salah satu lahan pengusaha pertanian yang membudidayakan Okra di Kota Batam. Metode yang digunakan adalah FGD terbatas, penentuan lokasi _purposive sampling_, diikuti kunjungan lokasi dan diskusi di lapangan, pengambilan sampel tanah dan uji PUTK, serta rekomendasi. Hasil uji fisika dan kimia tanah menunjukkan bahwa tanah didominasi _clay_/liat >50%, dan pori tanah halus/ kecil, hal ini menunjukkan bahwa lahan sulit menyerap air, sedangkan dari kimia tanah N, P serta C Organik rendah serta kandungan K cukup.
BPTP Kepri dalam kesempatan ini diminta untuk melakukan bimbingan teknis kepada para petani dan teknisi di lokasi tersebut. Selain itu pendampingan teknologi dari BPTP Kepri sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas tanaman sehingga sesuai dengan standar ekspor. Petani maju sekaligus anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Batam (Ali Ulay dan Kok Tiong) saat bersama-sama dengan BPTP Kepri mengunjungi lokasi pengembangan Okra di Batam mengatakan, tanaman Okra sangat mudah dibudidayakan dan bisa tumbuh disegala jenis tanah, yang penting lahan tersebut tersedia hara tanaman, dan penyinaran yang cukup. Pemberian bahan organik/pupuk kandang menjadi faktor utama dalam media tumbuhnya dan tidak memerlukan banyak air.
Sugeng menjelaskan, Okra yang sedang dibudidayakan berpotensi untuk dikembangkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan ekspor ke Singapura. Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratiesks) sebagai salah satu program Kementerian Pertanian nantinya dapat diwujudkan dengan menjadikan Batam sebagai salah satu sentra produksi sayuran dengan biaya trasportasi paling rendah. “Terkait dengan ekspor Okra dan komoditas pertanian lainnya khususnya sayuran dan buah-buahan, Kadin Batam bersama dengan pengusaha swasta yang memiliki armada kapal modern siap memfasilitasi transportasi ke negara tetangga, tentunya hal ini membutuhkan dukungan Balai Karantina Pertanian yang berada di Kepulauan Riau,” katanya. Senin 8 Juni 2020.
Budidaya Okra yang dilakukan dapat dimulai dari persiapan benih yaitu dengan menanam biji Okra dari buah yang sudah tua di dalam polybag. Sambil menunggu benih Okra tumbuh dan siap dipindah tanamkan, persiapan lahan dilakukan. Pembajakan dan pembuatan bedengan selebar 100 cm dengan tinggi 15-20 cm dan ditaburi dolomit pada tanah-tanah masam seperti di Kepri ini. Selanjutkan dibuat lubang tanam dan diberikan pupuk kompos serta phonska sebagai pupuk dasar. Benih dipindah tanamkan ketika berumur 10 HST dengan mengeluarkannya dari polybag lalu menanamnya ke dalam lubang tanam.
Untuk pemeliharaan dilakukan penyiraman sehari sekali untuk menjaga kelembaban tanahnya. Jika terjadi hujan pada hari itu, maka penyiraman dilakukan pada keesokan harinya. Pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan mengocorkan POC yang berasal dari biourine di sekitar batang dan area perakaran. Untuk mengatasi serangan hama, bisa dilakukan identifikasi dan pengendalian secara manual atau penyemprotan pestisida nabati secara rutin seminggu sekali dan seminggu dua kali jika musim hujan. Sedangkan pengendalian gulma dilakukan secara rutin seminggu dua kali. Hal itu penting karena keberadaan gulma dapat menjadi tempat persembunyian hama yang menyerang okra seperti kutu busuk atau ulat jantung. Pemanenan dilakukan ketika buah Okra panjangnya sudah berukuran 5-7 cm. Dengan teknologi yang dilakukan, pada lahan seluas 1 ha tersebut dapat menghasilkan sekitar 300 kg/hari dengan panjang buah mencapai 10-15 cm. Sekali tanaman Okra memasuki masa panen, bisa memanen buah okra 2-3 kali sehari selama beberapa bulan.
Penjualan Okra dipasaran pun tinggi. Di Batam, petani menjual okra ke pasar ataupun mall-mall dengan harga Rp.20.000,- hingga Rp.25.000,- per kilogram. “Dengan pengelolaan pascapanen yang tepat tentunya Okra mampu memenuhi standart kualitas ekspor sehingga bisa menjadi salah satu komoditas unggulan Kepulauan Riau yang mendatangkan devisa negara. Nantinya Okra tersebut akan dikembangkan luasannya hingga mencapai 4 ha. Selain itu tidak hanya di Kota Batam, BPTP Kepri juga akan mengembangkan budidaya Okra ini di Kabupaten Bintan dan kabupaten lainnya untuk memenuhi jumlah kebutuhan ekspor,” papar Sugeng dalam menyampaikan arahannya.
Penulis : F.A. Sariri dan S. Widodo/Red
Discussion about this post