TANJUNGPINANG- Dinas Kebudayaan Lingga, Provinsi Kepri melakukan penulisan dua buku dalam tahun anggaran 2020 ini. Buku yang ditulis adalah Biografi Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II, Sultan Riau Lingga dan buku Tradisi Ketupat Lepas di Desa Kudung, Kecamatan Lingga Timur.
LIDIKNEWS.CO.ID- Dalam penulisan buku ini, Disbud Lingga mempercayakan pada tim penulis. Biografi Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II dikerjakan tim yang beranggota Dr Abdul Malik M.Pd (Ketua tim), Dr Anastasia Wiwik Swastiwi, Raja Malik Hafrizal dan M Fadlillah. Sementara, buku Tradisi Ketupat Lepas dikerjakan tim, yakni Medri Osnoe M.Hum (ketua), Zulkifli Harto M Hum, Dedi Arman dan M Fadlillah.
“Kita terus berupaya menulis buku-buku sejarah dan budaya. Tahun 2020 ini ada dua buku. Satu buku sejarah dan satu buku budaya. Soal teknis penulisan, kami serahkan sepenuhnya pada tim penulis,”kata Kadisbud Lingga, M Ishak dalam diskusi terpumpun rencana penulisan buku di Hotel Melin, Tanjungpinang, Senin 27 Januari 2020.
Kata Ishak, penulisan biografi Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II dilakukan karena tokoh ini dikenal banyak berkiprah dalam berbagai bidang untuk memajukan perekonomian masyarakat Riau Lingga. Disbud Lingga sebelumnya telah menerbitkan buku Sultan Mahmud Riayat Syah dan Sultan Abdul Rahman Shah I. Sementara buku Biografi Sultan Mahmud Muzzafarsyah telah ditulis Rida K Liamsi. “Ada rencana kami menulis biografi semua sultan. Tahun 2020 ini, kita mulai lagi dengan menulis Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II. Data-data beliau, termasuk foto-foto sangat banyak. Ini tokoh menarik,”ujarnya.
Ia menyebutkan, Disbud Lingga telah menerbitkan 16 buku paska berdiri sendiri menjadi dinas terpisah dengan Dinas Pariwisata tahun 2017 lalu. Sementara, penulisan buku Tradisi Ketupat Lepas dilakukan dalam dukungan untuk pelestarian warisan budaya tak benda. “Di Desa Kudung ada tradisi ketupat lepas. Ini sangat unik dan sejumlah daerah di Lingga juga ada tradisi ketupat lepas ini. Tapi yang di Kudung sangat berbeda. Fungsinya untuk
tolak bala,”sebutnya.
Ketupat lepas menjadi tradisi yang unik dalam menyambut tahun baru Islam 1 Muharram. Ketupat lepas disebut juga dengan ketupat tolak bala, adalah ketupat yang dianyam sedemikian rupa dan akan terlepas jika bagian ujung dan pangkalnya ditarik. Jika biasanya ketupat berbentuk kotak atau persegi yang tertutup rapat dan memiliki ruang kosong untuk diisi beras, maka ketupat yang satu ini hanya dianyam dengan bentuk memanjang agak renggang atau longgar tanpa isi dan dua ujungnya terpisah.
Pada awalnya, upacara pelepasan ketupat tidak hanya sampai pada penarikan hingga lepas saja, tetapi juga dilanjutkan dengan melarung helai daun kelapa yang telah terlepas tersebut ke laut, yang mengandung arti bahwa bencana yang disimbolkan dengan dua helai daun kelapa tersebut telah dibuang ke laut. Upacara ini dulunya masih dilakukan di tepi pantai, tidak hanya untuk sebagai penolak bala saja tetapi juga bermaksud sebagai pengharapan agar hasil tangkapan yang merupakan mata pencaharian utama nelayan melimpah.
Sumber dan Poto : BPNB Kepri/Red
Discussion about this post