BINTAN (KEPRI)- Bintan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang konsen terhadap pengembangan budidaya sayuran. Salah satunya Kecamatan Toapaya kini menjadi sentra pengembangan sayuran baik organik maupun anorganik.
LIDIKNEWS.CO.ID- Proses budidaya yang dilakukakan dari hulu hingga hilir ini menjadi sorotan pemerintah daerah hingga pusat. Namun pada perkembangannya, budidaya sayuran tak semulus yang kita bayangkan. Kendala-kendala baik teknis maupun non teknis sering terjadi dan akhirnya mempengaruhi hasil produksi.
Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pertanian di Desa Toapaya Kecamatan Toapaya pada 2018-2019 tidak ada putusnya memanfaatan lahan dengan budidaya sayuran organik dan anorganik di lahan seluas 0,5 ha.
Namun pada akhir tahun 2019 kelompok tani ini hasil produksinya semakin menurun. Hal ini dikarenakan salah satunya faktor tanah yang mengalami kata “lelah”. Seperti halnya manusia butuh istirahat dan pemulihan.
Pada MH 2 tahun 2020, disaat wabah Covid-19 melanda negeri ini, petani berinisiatif menanam kacang tanah sebagai salah satu usaha pemulihan lahan. Ketua KUB Pertanian Toapaya, Rima Yuharni S. mengatakan tanah ini terus menerus hanya ditanami sayuran akhirnya hasilnya menurun, kami mencoba tanam kacang tanah biar istirahat tanahnya. “Sambil melihat situasi kedepannya nasib pertanian, khususnya sayuran seperti apa, kami isi lahan kami dengan kacang tanah.”, ungkapnya disela-sela panen kacang. Rilis pada media ini, Kamis 23 April 2020.
Pernyataan Rima juga dibenarkan oleh peneliti BPTP Kepri Annisa Dhienar Alifia, S.P., yang kerap mendampingi budidaya sayuran organik di kelompok tani ini. “Benar sekali Bu, dengan membudidayakan kacang tanah disela-sela budidaya sayuran akan mampu mengembalikan kesuburan tanahnya, pengikatan Nitrogen oleh bintil akar kacang tanah dapat menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam tanah.” jelas Dhienar.
Teknologi tersebut memang sering diterapkan di lahan-lahan pertanian apapun. Begitu juga dengan BPTP Kepri, dalam usahanya menjaga kesuburan tanah, budidaya kacang tanah dalam masa bera sering disarankan oleh BPTP Kepri kepada para petani. Bahkan Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi) sendiri pun dalam penelitiannya menyampaikan waktu yang tepat untuk budidaya kacang tanah pada MH 1 dan MH 2 pada lahan kering atau tegal khususnya di wilayah Sumatera untuk memenuhi kebutuhan airnya.
Kacang tanah dapat dibudidayakan di lahan kering (tegalan) maupun di lahan sawah melalui pola tanam padi–padi–palawija. Kacang tanah dapat ditanam pada tanah bertekstur ringan maupun agak berat, yang penting tanah tersebut dapat mengatuskan air sehingga tidak menggenang. Akan tetapi, tanah yang paling sesuai adalah tanah yang bertekstur ringan, drainase baik, remah, dan gembur. Jenis tanah lahan sawah pada umumnya Aluvial dan Regosol, sedang lahan kering adalah Podzolik Merah Kuning dan Latosol dengan kemiringan tanah kurang dari 8%. Kacang tanah dapat berproduksi dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6,5−7,0. Namun masih cukup baik bila tumbuh pada tanah agak masam (pH 5,0–5,5), Tetapi pada pH tanah tinggi (7,5–8,5) kacang tanah sering mengalami klorosis, yakni daun-daun menguning. Apabila tidak diatasi, polong menjadi hitam dan hasil menurun hingga 40%.
Pada lahan tersebut memang sangat cocok untuk budidaya kacang tanah. Selain kondisi lingkungan sangat mendukung, pH tanah yang tidak terlalu tinggi dan cenderung asam, tanah gembur dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning sangat cocok untuk pertumbuhan kacang tanah. Sehingga hasil produksinya pun sangat memuaskan, polongnya besar, jumlah polong isinya banyak dan tidak menghitam.
Kepala BPTP Kepri Dr. Ir. Sugeng Widodo, MP., selalu mengingatkan bahwa dalam budidaya lahan kering di Kepri, pupuk kandang menjadi faktor utama keberhasilan. Selain mampu memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, sekaligusmampu menyediakan hara alami bagi tanaman. Pengolahan tanah disesuaikan dengan kondisi lahan dan jenis tanaman yang diusahakan. Penggunaan benih berkualitas, penyesuaian musim tanam, perlakuan benih, serta pengendalian gulma pada saat pertumbuhan juga sangat mendukung hasil produksi kacang tanah.
“Pengolahan tanah yang baik untuk kacang tanah dibajak menjadi butiran halus, serta pemberian dolomite (1 ton/ha) pada lahan kering khususnya di Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan dapat memperbaikai kualitas dan kuantitas hasil. Sedangkan untuk penyiangan gulma sangat diperlukan pada fase awal perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Teknologi-teknologi lain yang dibutuhkan adalah pengelolaan pascapanen, untuk meningkatkan added value.”, kata Sugeng.
Pada lahan tersebut budidaya kacang tanah dilakukan secara organik. Pengolahan tanah dilakukan dengan sempurna hingga 3 kali pembajakan dan digaru. Bedeng dibuat selebar 1 meter diantara saluran drainase. Penyiangan gulma sebagai salah satu proses penting dalam budidaya ini, dilakukan sebanyak 4 kali mulai dari pra tanam hingga 15, 30 dan 45 HST sesuai juknis budidaya kacang tanah yang disampaikan.Cara penanam dipilih dengan menggunakan sistem tugal dengan jarak tanam 25×30 cm dengan tujuan menambah kerapatan jarak tanaman untuk mengurangi pertumbuhan gulma. Perlakuan benih dengan meremdam dalam air hangat tanpa bahan kimia.
Penggunaan pupuk dasar bergantung pada pupuk kandang ayam dengan dosis 15 ton/ha yang ditebar dan dicampur dengan tanah serta pemberian dolomit pada saat pengolahan tanah 0,4 ton/ha. Sedangkan untuk pemupukan susulan menggunakan Pupuk Organik Cair (POC) yang diaplikasikan 9 kali mulai dari awal penanaman hingga menjelang panen. Untuk hasil yang optimal pengairan secara rutin terus dilakukan hingga 2 minggu sebelum panen.
Berdasarkan beberapa teknologi yang telah diaplikasikan, lahan tersebut memperoleh hasil produksi antara 1,25 sd 1,50 ton/ha polong kering dan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil kacang tanah di lahan masam antara 1-1,20 t/ha polong kering (Balitkabi, 2009).
Selain bermanfaat sebagai bahan pangan, kacang tanah juga bermanfaat dalam penambatan unsur nitrogen dari udara. Simbiosis mutualisme antara bintil akar pada kacang tanah dengan bakteri Rhizobium, mampu mengikat nitrogen bebas di udara. Nitrogen merupakan salah satu unsur pokok dalam produksi tanaman pangan khususnya kacang-kacangan, dengan penambatan nitrogen secara simbiotik, didapatkan sumber yang murah dan dapat membantu mengurangi biaya produksi terutama pada tanah yang kurang subur.
Kacang tanah memiliki kapasitas penambatan nitrogen yang tinggi dibandingkan kacang-kacangan tropis lainnya. Sehingga merupakan keputusan yang sangat tepat jika petani-petani di Kabupaten Bintan ini memilih budidaya kacang tanah sebagai usaha pemulihan lahannya. Usaha pengembalian kesuburan tanah dengan harapan pada budidaya sayuran selanjutnya, hasil produksinya akan meningkat karena ketersediaan hara dalam tanah sebagian besar sudah terpenuhi.
Sumber dan poto : R/Red
Discussion about this post