OPINI- Kami di suruh diam di rumah, kami ikuti. Untuk membatasi ataupun memutus penyebaran virus CORONA yang mewabah. Kami di anjurkan untuk bekerja di rumah saja, anak-anak kamipun di liburkan sekolahnya dan di gantikan dengan metode pembelajaran jarak jauh.
LIDIKNEWS.CO.ID- Semua itu kami ikuti karena kepatuhan kami sebagai warga negara atas himbauan pemimpin kami. Patuh dan Tunduk kepada undang-undang dan legitimasi, pernahkah pemerintah pikirkan tentang kondisi kami, terutamanya kami para “KULI TINTA atau WARTAWAN”, juga sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan profesi yang lain, mempunyai penghasilan sebahagian harian..??, seperti para tukang ojol, transportasi online, pengamen, para kru, tukang sorak, pemain orgen, pedagang gorengan, abang tukang bakso, tukang perabot keliling dan para pekerja harian lain yang begitu banyak di Republik tercinta ini…??.
Mungkin bapak-bapak yang mendapatkan fasilitas dan gaji dari negara tidak akan menjadi masalah, yang kebutuhan dapur, sumur dan kasurnya di tanggung negara. Yang kalau panik sedikit saja langsung memborong kebutuhan sembako setinggi bukit.
Lhaaa kami….?? Yang terkadang untuk beli sayur saja terkadang ngutang dulu pada mbak sayur yang juga kami tahu terkadang modalnya dari rentenir keliling.
“Sebagian perusahaan media belum bisa lakukan kerja sama merealisasikan dana publikasi atau bacaan yang tertuang dalam DIPA kegiatan pemerintahan yang bersumber dari uang rakyat, semua diperankan seolah-olah dengan segala teori dengan alasan klasik ditengah bencana.”
Juga dengan anak-anak kami yang bapak suruh belajar dengan metode jarak jauh atau via online yang butuh alat komunikasi hp smart ataupun laptop untuk menunjang semua itu.
Bagaimana dengan saudara kami yang lain yang anaknya mungkin saja 3, 4 atau 5 yang bersekolah yang harus mempunyai hp ataupun laptop untuk menunjang proses pembelajaran tersebut. Yang hanya punya hp jadul yang terkadang pulsanya menunggu masa tenggang baru di beli.
Mungkin bagi bapak-bapaknya yang mampu untuk menyediakan semua itu tidak menjadi masalah. Bagaimana dengan kami pak…??? jangankan untuk beli hp dan laptop, beli pulsa dan paketnya saja terkadang kami tak mampu. Apakah hal demikian bapak juga pikirkan…??.
Bapak-bapak kami yang memangku kepentingan dan kebijakan dan terhormat… kalau hanya sekedar memberi imbauan tanpa ada solusi atas kondisi ini, itu sama saja menyuruh kami menghindar dari mulut macan tapi menghadapkan kami pada mulut buaya. Kepentingan bapak sebagai pemangku kebijakan adalah bagaimana memutus mata rantai virus ini, “putus dan tidak berkembang”.. tapi masalah kami bagaimana harus mencari sesuap nasi pagi dan petang untuk keluarga kami yang kalau tak keluar rumah, tak makan seperti profesi kami dan saudara-saudara kami yang kami sebutkan tadi.
Kami ingin sekali bekerja di rumah seperti yang bapak sarankan… tapi tolong tunjuki kami “KULI TINTA atau WARTAWAN” para tukang ojek, penjual gorengan keliling, buruh bangunan dan lain lain bagaimana caranya bekerja dari rumah agar kami dapat mematuhi iimbauan itu.. tunjuki kami Paaak…!! Karena kredit kami, cicilan panci dan motor kami tak pernah mendengarkan imbauan bapak agar berhenti menagih sejenak…!!. Keluh kesah ini, kami sampaikan jangan hanya sekedar memberi imbauan tapi kami butuh evaluasi dan solusi.
Begitu juga tempat ibadah kami, terutamanya Mesjid, ditutup atau dibatasi kami berjamaah atas dasar CORONA yang mewabah. Tapi mall dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya dibiarkan buka yang potensi penyebaran virusnya lebih besar dari tempat ibadah kami, dan didatangi berbagai lapisan masyarakat.
Pak…. kami tidak menuntut banyak… tapi tolong kami beri solusi atas semua ini…. kalau hanya sekadar imbauan tanpa solusi…. kami juga punya jalan sendiri…. toh ujung dari semua bencana dan wabah ini adalah mati… dan tanpa itu pun kematian itu pasti, sekarang, esok atau nanti………!!!.
Sumber : Iyan/AR Anduspil
Discussion about this post