MERANTI- Isra’ Mi’raj merupakan sebuah fenomena yang menjadi sejarah bagi umat islam. Peristiwa yang terjadi satu tahun sebelum hijrah bertepatan malam Isnain tanggal 27 Rajab ini memang menjadi sejarah yang luar biasa. Hal ini karena peristiwa yang selalu diperingati seluruh umat islam di dunia tiap tahunnya adalah merupakan perjalanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso, kemudian menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah dan menjemput langsung perintah sholat.
LIDIKNEWS,CO,ID- Mi’raj merupakan proses spiritual yang sangat dalam yang menghubungkan umat manusia dengan Allah melalui sholat yang dijalankan lima kali dalam sehari. Peristiwa ini juga merupakan ujian keimanan bagi umat islam. Bagaimana tidak. Perjalanan Isra’ Mi’raj yang dilakukan Nabi ini hanya dilakukan dalam satu malam yang secara akal logika manusia, hal ini tidak mungkin dilakukan oleh siapapun, dengan cara dan alat apapun.
Menurut K.H. Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, beliau mengatakan bahwa Iman itu tidak di batok kepala, tapi di dada, dan kekuasaan Allah tidak bisa dan tidak perlu dimasukkan logika. Yang terpenting adalah Iman (yakin). Rabu (3/4).
Karena mengandalkan otak dan retorika akal inilah yang akhirnya membuat sahabat Nabi Muhammad kala itu Murtad (Keluar dari Islam) setelah mendengar Nabi mengisahkan perjalanan Isra’ Mi’rajnya. Bagi sahabat yang terpilih dan memiliki keimanan, lanjut Gus Yusuf, mereka semakin yakin dan percaya kepada Nabi. Keimanan para sahabat tak tergoyahkan karena mereka benar-benar yakin jika Allah berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin.
Tentunya disetiap kejadian yang sudah menjadi ketetapan dan kekuasaan Allah selalu ada hikmah yang tersimpan. Diantara hikmah Isra’ Mi’raj antara lain.
*Bermusyawarah dalam memutuskan masalah*
Hikmah Isra’ Mi’raj adalah adanya perintah kewajiban melaksanakan sholat lima waktu. Pada awalnya Allah SWT. memerintahkan umat Nabi Muhammad untuk melaksanakan sholat selama 50 waktu dalam sehari semalam. Namun, setelah bermusyawarah dengan Nabi terdahulu seperti Nabi Musa, kemudian menyampaikan keluh kesahnya kepada Allah, akhirnya sholat diwajibkan hanya lima waktu. Inilah Nabi Muhammad, seorang figur yang tidak mementingkan dirinya sendiri namun memikirkan umatnya. Bahkan Allah yang maha kuasa memberikan kesempatan dengan bermusyawarah untuk memutuskan masalah, apalagi manusia.
*Sholat merupakan bentuk peribadatan tertinggi seorang muslim*
Menurut Kiai Syaikhuddin, Sholat menjadi simbol ketaatan total dan kebaikan universal yang senantiasa menjadi tujuan utama seorang muslim. Ibadah-ibadah lain seperti zakat, haji, dan lainnya disampaikan Allah melalui perantara Malaikat Jibril. Namun, untuk perintah sholat Allah SWT. yang langsung memanggil Nabi Muhammad SAW. melalui Isra’ Mi’raj.
Bahkan Nabi pernah dinampakkan oleh Malaikat Jibril seorang laki-laki yang memukuli badannya sampai hancur. Namun bisa pulih sendiri kemudian dia menyiksa dirinya kembali secara terus menerus. Inilah sebagai gambaran orang yang dalam hidupnya meninggalkan sholat lima waktu.
*Belajar jiwa kepemimpinan dari Nabi*
Ketika peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah pernah memimpin sholat berjamaah. Tidak tanggung-tanggung makmumnya adalah para Nabi dan Mursalin atau para Rasul. Maknanya adalah suatu pengakuan kepemimpinan dari seluruh kaum yang ada. Para Nabi sadar bahwa Rasulullah mempunyai jiwa leadership, walau secara senioritas seharusnya menjadi makmum.
Kepemimpinan dalam sholat berjamaah, lanjut kiai Syaikhudin, sesungguhnya juga simbol kepemimpinan dalam segala skala kehidupan manusia. Allah menggambarkan sekaligus mengaitkan antara kepemimpinan dan sholat dan kebajikan secara menyeluruh. Dalam situasi inilah, Nabi Muhammad telah membuktikan bahwa dirinya adalah pemimpin bagi seluruh umat lainnya.
Demikianlah beberapa hikmah dibalik Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan ini akan menambah kecintaan kita pada Allah SWT. dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan tentunya menambah kecintaan kita kepada makhluk yang paling mulia Rasulullah SAW. dengan meneladani setiap perbuatannya.
Penulis : M. Owen Maulana
Discussion about this post