KEPRI- Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan pengembangan potensi pertanian di berbagai sub sektor seperti perkebunan, peternakan, hortikultura dan tanaman pangan. Sebagai provinsi kepulauan yang berbatasan langsung dengan Singapore dan Malaysia, merupakan keuntungan geografis untuk penyediaan kebutuhan pangan khususnya sayuran yang berbasis ekspor.
LIDIKNEWS.CO.ID- Selain mencukupi kebutuhan sendiri yang cukup besar, juga berpotensi peningkatan pendapatan daerah dan ketahanan pangan berbasis kepulauan. Berdasarkan Data BPS triwulan IV tahun 2019 dan Januari 2020 komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Batam dan Kota Tanjungpinang adalah cabe besar, cabe rawit, kacang panjang dan bayam.
Berdasarkan kondisi tersebut maka merupakan potensi dalam pengembangan sayuran menekan inflasi dan berdampak peningkatan pendapatan khususnya petani sayuran. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan optimalisasi sentral-sentra sayuran di Kota Batam dan sebagian di Kota Tanjungpinang.
Kebutuhan sayuran di Kota Batam selain disediakan petani Kota Batam juga di datangkan dari luar seperti NTB, Sumatera Utara, Sumatera Daratan, dan Pulau Bintan. Data BPS tahun 2020 jumlah penduduk Kepri adalah 2.242.198 jiwa dimana 63,42% berada di Kota Batam (1.421.961 jiwa). Hal ini merupakan potensi yang besar terhadap kebutuhan sayuran. Berdasarkan data BPS 2019, produksi sayuran terbesar adalah kangkung, kacang panjang, ketimun, dan diikuti bayam, petsai/sawi, cabe besar, terong, cabe rawit, bawang daun dan buncis. Menjadi pertanyaan adalah kenapa cabe, kacang panjang dan bayam penyumbang inflasi?.
Berdasarkan analisis parsial antara produksi dan kebutuhan, ternyata defisit cukup besar, dimana produksi cabe rawit dan cabe besar terbesar adalah Kota Batam (72,97% sd 80,75%), yaitu 4.637 ton/tahun atau hanya mampu memproduksi 11,88% dari kebutuhan Kota Batam. Kebutuhan cabe di Batam adalah 10 ton/hari atau sekitar 3.650 ton/tahun (Dinas Ketahanan Pangan Kota Batam, 2019), sehingga terjadi kekurangan cabe sekitar 32.163 ton.
Produksi jagung di Kepri adalah 473 ton/tahun dengan luas panen 203 hektar (BPS, 2015) dan sebagian besar merupakan jagung manis lebih banyak untuk konsumsi sayuran. Belum ada data yang valid terhadap kebutuhan jagung di Kepri, sebagian besar jagung dipanen muda untuk sayuran dan didominasi oleh jagung manis. Peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di Kepri khususnya di Batam dengan jumlah penduduk 63,42% dari jumlah total penduduk Kepri. Hal ini sejalan dengan informasi Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Batam dan Balai Karantina kelas 2 Tanjungpinang, bahwa potensi pasar pertanian sayuran dan pangan di Provinsi Kepri. Saat ini hampir kebutuhan pangan dan sayuran masyarakat Kepri didatangkan dari luar Kepri.
Produksi sayuran sendiri menjadi pilihan dalam mencukupi kebutuhan komsumsi masyarakat dan akan mengurangi ketergantungan produk pertanian dari luar pulau Batam. Mendatangkan sayuran dari luar pulau Batam mengalami beberapa kendala adalah mahalnya ongkos kirim, cuaca buruk berdampak lama perjalanan merusak kualitas sayuran, distribusi kurang lancar akibat gagal panen di Pulau Jawa/Sumatera. Perlu adanya terobosan dalam mengatasi ketersediaan pangan di pulau Batam seperti optimalisasi sentra-sentra sayuran melalui pendekatan inovasi teknologi.
Menteri Pertanian (Mentan) Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH, MH. dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penting dalam menghadapi krisis, sehingga produksi pertanian tidak boleh berhenti untuk menjaga kebutuhan pangan masyarakat sehari-hari. Gayung bersambut Kepala BPTP Balitbangtan Kepulauan Riau Dr. Ir. Sugeng Widodo, M.P, mengatakan, sebagai wujud pelaksanaan tugas melaksanakan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi dilaksanakan identifikasi potensi dan sentra sayuran di Kota Batam. Identifikasi sentra sayuran di Kota Batam dilaksanakan masih dalam keadaan pandemi Covid-19 tetap dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan seperti pakai masker, cuci tangan/hand sanitaizer, serta physical distancing. Selasa 2 Juni 2020.
Identifikasi sentra sayuran dilaksanakan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai pihak seperti Dinas Pertanian Pangan, Pertanian, Perikanan Kota Batam, Penyuluh lapang, kelompok tani, petani sayuran. Indentifikasi sentra sayuran dilakukan bersama-sama dengan tim Peneliti dan Penyuluh BPTP Kepri dan dipandu secara virtual oleh penyuluh lapangan Kota Batam. Diskusi Bersama-sama dilakukan di lapangan, rumah petani dan melihat keragaan di lapangan. Metode yang digunakan adalah purposive sampling/ secara sengaja dengan alasan lokasi merupakan kawasan sentra sayuran di Kota Batam.
Berdasarkan pendekatan tersebut terpilih lokasi Balerang dan Tembesi. Namun dalam pelaksanaan di lapangan hanya dilakukan di satu kawasan saja, disebabkan pada lokasi Kec. Barelang sedang ditutup karena COVID-19 pada 30 Mei 2020 lalu. Lokasi Tembesi sangat strategis dan dekat dengan jalan raya menghubungkan kota Batam, hanya permasalahan aksesbilitas jalan relatif tidak baik (jalan makadam) namun tidak menghampat jalur distribusi logistik dan transportasi pengangkutan hasil panen. Yang dibutuhkan adalah regulasi pemerintah dalam menjembatani akses produksi dengan kebersinambungan usahatani.
Berdasarkan diskusi dan pengamatan di lapangan di lahan usahatani komoditas yang diusahakan adalah jagung manis, cabe besar, cabe rawit, bayam, sawi, mentimun, terong, kemangi. Petani yang melaksanakan budidaya sayuran dengan luas rata-rata 0,5- 1,0 hektar apabila dijumlah dalam satu kelompok 10-15 hektar, sedangkan potensinya ada 35 hektar.
Selain keterbatasan modal kendala petani di Kota Batam dalam budidaya sayuran adalah teknis pertanian dan jaminan keberlanjutan penggunaan lahan. Berdasarkan hasil quick assessment method dihasilkan beberapa potensi sayuran yang dapat di cluster dan dikembangkan antara lain cabe rawit, cabe besar, ketimun, bawang merah, jagung manis, pepaya, petsai/sawi, bayam, dan bawang daun, dan semua ini harus didukung dengan teknologi budidaya tepat guna spesifik lokasi. Lokasi kawasan sayuran memiliki lereng 1 – 5% dengan ketinggian tempat < 100 mdpl, dibentuk oleh dominasi formasi goungon, aluvium, granit dan formasi duriangkang. Berdasarkan struktur geologinya, lokasi dapat dikatakan tidak memiliki potensi untuk mengkonservasi air tanah, sehingga penyediaan air baku sangat tergantung pada sumberdaya air permukaan.
Ketua kelompok tani, Turyono menyampaikan dalam budidaya petani menghadapi kendala teknis budidaya sayuran dan jaminan pemakaian lahan. Kendala teknis budidaya sayuran seperti kurang ketersediaan pupuk organik, serangan hama dan penyakit akan mempengaruhi hasil panen.
Ketersediaan pakan ternak yang berlimpah dan kebutuhan akan pupuk organik sebagai peluang dalam pengembangan sentra sayuran. Penerapan inovasi teknologi integrasi ternak (sapi, kambing,) dan sayuran di sentra-sentra sayuran menjadi hal positif untuk keberlanjutan budidaya sayuran. Dukungan berbagai pihak perlu dilakukan dalam pengembangan sentra sayuran di kota Batam seperti pemerintah daerah, BP Batam, BPTP Kepri, Swasta, Petani dan kelompok tani.
“Optimalisasi sentra sayuran dengan kerjasama berbagai pihak sesuai tugas dan fungsi masing-masing akan mewujudkan Kota Batam mandiri dan tidak tergantung kebutuhan sayuran dari luar pulau Batam,” ungkap Sugeng.
Penulis : Robinson Putra, R. Catur Prasetiyono, Sugeng Widodo
Discussion about this post