KAMPAR – Ratusan Siswa-siswi SMA Negeri 3 Tapung, menggelar aksi demo, Senin (25/02).Dengan membawa spanduk dan kain putih, ratusan siswa ini menuntut Kepala Sekolah Aldela agar mundur dari jabatannya.
LIDIKNEWS.CO.ID- Aksi demo menuntut Kepala Sekolah Aldela agar mundur dari jabatannya tersebut berawal saat siswa/siswi mengikuti upacara, kemudian tiba-tiba salah seorang perwakilan Siswa mengambil mikrofon mengarahkan ratusan siswa berkumpul untuk melakukan aksi demo, dan meneriakan agar sang kepala sekolah tersebut diganti.
Menurut informasi yang dikutip oleh awak media dari pesan WhathsApp Aspirasi Pelajar S, menuliskan tuntutan sebagai berikut :
1. Kembalikan suasana yang kondusif ke sekolah kami.
2. Kembalikan wali kelas kami.
3. Kepada siapa kami mengadu jika tak ada wali kelas.
4. Banyak ekskul tak merasakan nikmatnya uang SKK.
5. Kembalikan pembina ekskul kami.
6. Kembalikan seluruh waka kepada posisinya.
7. Siapa yang bisa mengurusi kami jika tak ada wali kelas.
8. Kepsek bukan Tuhan yang bisa mengurusi semuanya.
Selanjutnya. saat dikonfirmasi melalui telepon seluler oleh awak media, salah seorang narasumber yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, cuma yang saya tahu keluhan anak-anak ini adalah disinyalir bapak Kepsek itu sering mengirim pesan Whatshapp yang tidak pantas terhadap anak-anak siswi, Itu bukan saja satu dua anak yang di chat whatshappnya tidak pantas, bahkan kadang ada pakai panggilan video sampai pukul 02.00 – 03.00 WIB dini hari, itu keluhan yang pertama, ujarnya.
Sementara itu, ada juga yang ditelepon secara langsung, ada yang di aplikasi messenger, dan ada juga melalui WhatshApp. Sudah kami tegur sebelumnya, ada guru kurikulum yang menegur, terus ia meminta maaf bahwasanya saya gila. Dan saya tidak akan mengulangi lagi hal yang sama,” jelas narasumber yang tidak mau disebutkan namanya itu menirukan ucapan Aldella.
“Karena dia itu pernah menjadi guru di SMA Alamanda, di SMA terdahulu seperti itu dengan Siswa sudah biasa katanya. Jadi kami memaklumi karena Ia sudah minta maaf, ternyata itu berlanjut lagi. Pada waktu itu ada acara Pramuka di Padang Sumatera Barat, Kepala sekolah ini membujuk siswinya harus ikut dengan mobilnya.
Yang kedua masalah guru honorer, setelah menjabat sebagai kepala sekolah, diterimanya guru honorer sekitar 6 orang. Sementara kami anggaran gaji tidak cukup, ternyata beberapa guru honorer itu mengakui mereka masuk kerja dimintai uang. Bahkan sekarang guru honorer itu sudah berhenti pula dia mengajar, pungutan itu nominalnya bervariasi ada yang Rp 3 juta sampai Rp 7 juta per orang. Bahkan mereka diiming – imingi gaji Rp. 1.200.000 per bulannya, ternyata sampai mereka mengajar selama 6 bulan dikasih gaji hanya 3 bulan.
Itupun kalau saya tidak salah nominalnya hanya Rp. Rp 500.000 per bulan. Jadi tidak sesuai dengan perjanjian dia. Akhirnya lama – lama para guru honorer terus berontak.
Jadi adalah, uang SKK itu sumbangan untuk ekstra kulikuler, memang tiap siswa bayar Rp. 30.000 per bulan. Itupun memang sudah disahkan oleh ketua Komite juga orang tua wali murid, dan juga sudah dirapatkan pada dahulunya. Namun ujung-ujungnya uang itu tidak digunakan sebagaimana mestinya, malahan digunakan untuk hal yang lain.
Dan Kepala Sekolah itu pernah mengatakan, uang itu dikasihkan kepada oknum wartawan, terus Rp 30 juta untuk oknum Anggota Dewan, dan Rp 10 juta untuk oknum Desa. Tapi dia tidak mau mengakui siapa nama anggota Dewannya”, terangnya.
“Kemudian saya berharap, SMAN 3 Tapung ini bagus lagi. Karena saya salah satu mantan siswa disana dulunya, dan saya minta SMAN 3 Tapung ini supaya aman dan prestasinya bagus. Kemudian di Kecamatan Tapung ini betul-betul terkenal, setiap siswa / siswi keluar Insya allah menang walaupun hanya hanya juara III,” tutupnya.
Di tempat terpisah, Kepala SMAN 3 Tapung, Aldela S.Ag, M.Pd.I, ketika dikonfirmasi oleh awak media melalui telepon seluler menjelaskan, kalau pungutan SKK itu hasil rapat orang tua wali murid, hanya ingin melaporkan keuangan saja.
“Sementara itu, pemicu terjadinya aksi demo yang dilakukan oleh siswa/siswi kita ini ingin penjelasan keuangan SKK itu sudah sampai dimana?. Kemudian uang SKK ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan, sementara ada kegiatan lain yang belum dicover dalam SKK tersebut.
Kemudian menuntut supaya wali kelas mereka kembali bertugas, karena wali kelas itu kemarin mengundurkan diri. Tapi alhamdulilah sudah diselesaikan tadi pagi, kemudian kami rapat internal guru dengan Kepsek. Tapi sekarang dalam proses, nanti akan kita perbaiki dan dipertanggung jawabkan kepada orang tua wali murid. Karena dulu rapatnya dengan wali murid jadi besok akan diperbaiki dengan wali murid. Kalau untuk pungutan ini sekitar Rp 30 ribu/siswa, dengan jumlah keseluruhan siswa sekitar 325 orang. Uang ini terkumpul pada waktu itu sekitar Rp 29 juta, sisanya sekarang Rp 9 juta. Uang ini sudah digunakan untuk tujuan-tujuan kita, jadi intinya ada kegiatan yang belum tercover disitu. Oleh sebab itu, makanya mereka ini minta agar uangnya dikembalikan,” jelas Kepala Sekolah.
“Terkait chattingan dengan siswi itu, saya hanya sekedar kirim pesan saja, bukan untuk hal – hal yang lain. Kalau chattingan tidak senonoh itu, saya hanya chattingan sayang saja. Dan ini bukan ke negatif diartikan, tetapi dulu saya sudah minta maaf. Kemudian adapula saya chattingan sama siswi siswi yang baru, kiranya dia itu menjebak saya pula rupanya. Saya pada waktu itu tidak ada panggil sayang sama dia, jadi pada intinya saya panggil sayang itu hanya sekedar chattingan saja. Namun saya tidak ingin memiliki orang, tidak saya masukkan ke dalam hati,” jelasnya.
Terkait masalah penerimaan 6 guru honorer dengan iming-iming gaji Rp. 1.200.000, / bulannya. Dan meminta pungutan Adella membantahnya.
“Jadi begini ceritanya, mereka yang saya masukkan itu minta tolong, tidak ada 6 orang jumlahnya. Kemudian gaji guru honorer yang Rp. 1.200.000, / bulannya ini setelah nanti dapat SK dari Gubernur. Cuma sudah saya musyawarahkan dengan bendahara, jadi dari pada dia tidak dapat gaji kita bayarkan dulu gajinya Rp 200 ribu. Kalau untuk penerimaan guru honorer yang dipungut biaya bervariasi dari Rp 3 juta hingga Rp 7 juta ini bukan saya memungut, tapi kita coba membantu dia seperti itu.
Jadi kalau orang yang saya bantu ini, saya pulangkan uangnya, karena dia tidak mengajar lagi. Memang awalnya dia minta tolong. Tentu karena saya mencoba menolong, tetapi karena tidak sesuai saya kembalikan lagi uangnya. Dan tidak ada 6 orang jumlahnya, yang saya bantu itu hanya 1 orang, jadi SK orang yang saya tolong itu sudah keluar. Kalau untuk pemungutan guru honorer sebanyak Rp 3 juta tersebut memang benar, tetapi sudah saya kembalikan uangnya,” imbuh Adella.
“Terakhir kalau masalah saya memberikan uang kepada oknum angota dewan itu sekitar diatas Rp 10 juta memang ada, tetapi untuk desa tidak ada,” tutup Adella.
(sumber/poto : irfan)
Discussion about this post