JAKARTA – Peringatan Hari Buruh pada tanggal 1 Mei 2020 dan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) keesokan harinya, 2 Mei 2020, rupanya memiliki hubungan erat dengan kondisi bangsa yang sedang dilanda wabah Covid-19.
LIDIKNEWS.CO.ID- Ketika mulai banyak buruh yang di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh karena berhentinya perusahaan beroperasi, mereka kemudian masih dibebankan dengan biaya sekolah anak-anak. Bahwa meskipun anak sekolah sampai perguruan tinggi telah diliburkan pemerintah, namun ternyata biaya sekolah justru tidak libur. Apalagi di sejumlah sekolah swasta, ternyata biaya bulanan dan semester hingga uang komite masih tetap ditagih ke murid-muridnya.
Kondisi yang memprihatinkan itu pun menuai perhatian dari politisi muda Jakarta, Olsu Babay SKom. Ia mengaku menerima banyak keluhan dari sejumlah orang tua murid, sebagian yang terkena PHK dari perusahaan di mana mereka bekerja.
“Saya prihatin, mereka sudah di-PHK, ada juga yang punya usaha tapi tidak jalan lagi oleh karena wabah covid-19. Untuk biaya kebutuhan pokok selama ramadhan saja ini, sudah sulit, tapi mereka masih didesak oleh anak-anak untuk segera membayar uang sekolah. Baik itu uang semester, uang kenaikan kelas, uang bulanan hingga uang komite sekolah,” ungkap pria yang juga adalah Ketua DPD Partai Golkar Jakarta Utara, Sabtu 02 Mei 2020.
“Saya mengucapkan Selamat Hari Buruh 1 Mei 2020, sekaligus Selamat Hardiknas 2 Mei 2020. Bersamaan dengan itu, saya juga meminta kepada negara melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Makarim, agar mengintervensi kesulitan finansial yang tengah dialami orang tua murid saat ini terkait dengan biaya sekolah yang masih tetap ditagih oleh sejumlah lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri. Saya mohon, beri keringanan kepada orang tua murid. Jika sekolah diliburkan, perlu juga dipertimbangkan untuk meliburkan pembayaran semua jenis uang sekolah,” tutur Olsu lagi.
Pria yang tahun lalu pernah mendeklarasikan Gerakan Pengampunan Hutang Rakyat (Gempur) sebagai lanutan dari program pengampunan hutang pengusaha lewat Tax Amnesty, menilai bahwa cluster baru dari wabah Covid-19, setelah PHK pada ribuan karyawan, adalah timbulnya anak-anak yang putus sekolah.
“Wabah Covid-19 telah ditetapkan sebagai bencana nasional. Maka dampaknya bakal cukup luas, salah satunya adalah munculnya anak-anak yang putus sekolah karena orang tua tak mampu membayar uang sekolah. Maka itu, saya sangat berharap, pemerintah dapat mengintervensi persoalan tagihan uang sekolah tersebut, termasuk juga di tingkat perguruan,” ujarnya.
Olsu Babay pun menawarkan dua opsi kepada pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. “Pertama, liburkan sekolah sampai perguruan tinggi secara total. Mulai dari kegiatan belajar mengajar hingga semua bentuk uang sekolah, baik negeri maupun swasta. Dalam arti, tak ada kegiatan belajar mengajar secara online. Sedangkan opsi kedua, pembelajaran tetap dilakukan secara online tetapi semua dikelola negara dengan biaya digratiskan. Saya optimis, opsi kedua ini akan menyelamatkan banyak murid di tanah air dari ancaman putus sekolah,” saran dia.
Pada bagian lain, Olsu Babay mengungkapkan masyarakat pantas memberi apresiasi tinggi terhadap langkah-langkah yang telah diambil pemerintah dalam memberikan layanan kesehatan dan penyelamatan ekonomi bangsa saat ini.
“Karena ini merupakan langkah dan strategi yang tidak mudah di tengah keterpurukan ekonomi global, yang bahkan negara-negara adidaya sekalipun tak luput dari terjangan wabah Covid-19. Dalam situasi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, saya mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia untuk bersatu dan bergandengan tangan dengan pemerintah, menghilangkan perbedaan, sehingga kita semua bisa selamat melewati cobaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa ini,” pungkas dia.
Sumber dan Poto : R/Iyan
Discussion about this post