Akibat Kebijakan Full Day School terhadap Mutu Pembelajaran

Ketika Waktu Bukan Jaminan: Menguak Dampak Full Day School pada Mutu Pembelajaran

Kebijakan Full Day School (FDS) digagas dengan harapan meningkatkan mutu pembelajaran melalui penambahan durasi waktu siswa di sekolah. Tujuannya mulia: memberikan kesempatan lebih luas untuk pendalaman materi, pengembangan karakter, dan kegiatan ekstrakurikuler. Namun, apakah penambahan waktu secara otomatis berbanding lurus dengan peningkatan kualitas belajar?

Kelelahan dan Penurunan Konsentrasi
Realitas di lapangan seringkali menunjukkan sebaliknya. Durasi belajar yang terlalu panjang dapat memicu kelelahan fisik dan mental pada siswa. Konsentrasi menurun drastis setelah beberapa jam, membuat sisa waktu di sekolah menjadi kurang efektif, bahkan kontraproduktif. Materi yang disajikan mungkin tidak terserap dengan baik, dan proses belajar berubah menjadi rutinitas yang membosankan daripada pengalaman yang bermakna. Mutu pembelajaran pun terancam menurun karena siswa kehilangan fokus dan motivasi intrinsik.

Keterbatasan Waktu Pengembangan Diri Holistik
Selain itu, FDS berpotensi merampas waktu berharga siswa untuk pengembangan diri di luar lingkungan sekolah. Waktu untuk berinteraksi dengan keluarga, mengejar hobi, beristirahat, atau bahkan sekadar bermain bebas, menjadi sangat terbatas. Padahal, aspek-aspek ini krusial untuk pertumbuhan emosional, sosial, dan kreativitas anak. Pembelajaran bukan hanya terjadi di kelas, melainkan juga melalui pengalaman hidup sehari-hari yang membentuk karakter dan keterampilan hidup.

Beban Guru dan Kualitas Pengajaran
Tidak hanya siswa, beban kerja guru juga turut meningkat. Guru yang kelelahan cenderung kurang inovatif dan energik dalam mengajar, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas interaksi di kelas dan efektivitas penyampaian materi. Jika guru tidak prima, bagaimana bisa mengharapkan pembelajaran yang berkualitas optimal?

Kesimpulan: Prioritaskan Kualitas, Bukan Sekadar Durasi
Pada akhirnya, mutu pembelajaran tidak hanya diukur dari lamanya waktu siswa berada di sekolah, melainkan dari kualitas interaksi, metode pengajaran yang inovatif, lingkungan yang kondusif, dan keseimbangan hidup siswa. Kebijakan Full Day School perlu ditinjau ulang secara komprehensif, bukan sekadar penambahan jam, tetapi bagaimana setiap menit di sekolah diisi dengan kegiatan yang benar-benar bermakna, menstimulasi, dan mendukung perkembangan holistik siswa. Tanpa evaluasi dan perbaikan, durasi waktu yang panjang justru bisa menjadi beban, bukan investasi bagi mutu pendidikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *